PART 1
Aku duduk manis didepan teras ruang tamuku dengan ditemani oleh secangkir kopi panas dipagi hari ini. Sebelum memulai aktivitasku sebagai seorang konselor, yang kerjaannya menangani masalah orang lain setiap harinya. Padahal masalah sendiri saja kadang kala masih saja terbengkalai, duh. Lagi-lagi
Masih saja bayangannya selalu muncul disetiap lamunanku. Yaa, laki-laki yang 5 tahun lalu menjadi bagian dari hidupku tepatnya sih sahabat tapi sahabat yang tak sekedar sahabat. Kini laki-laki itu telah memilih hidupnya. Aku benci selalu saja memnangis setiap kali menginggat kenangan yang aku rasa berarti dengannya. Aku merindukan sosoknya. Laki-laki yang paham betul bagaimana aku, laki-laki yang paham betul segala tingkahku, laki-laki yang paham betul segala sikap, sifat dan apapun tentangku. Sungguh, aku tak mengerti mengapa aku masih saja mengingat bayangannya. Bukankah ia telah menikah ? hei sadar dirilah kau. Aku menampar pelan pipiku sendiri.
Aku menghela nafas panjang dan mengusap airmataku yang terus mengalir di kedua pipiku. Aku menata kembali kepingan-kepingan rasa yang berceceran. Aku harus kuat! Allah telah menyiapkan kisah terbaik untukku sendiri. Aku tak boleh menangis, aku tak boleh lagi mengingat apapun tentangnya, everthing no!. Hari ini adalah hari libur tapi bagi seorang konselor sepertiku, tak ada dalam sejarah hidup ada hari libur. Maklum, dulu aku mengambil kuliah dengan jurusan psikologi dan melanjutkan kembali dengan jurusan yang sama. Meski usiaku masih dibilang muda masih 27 tahun tapi aku bersyukur semua klienku begitu percaya padaku, meskipun kadangkala ketika aku benar-benar merasa lelah, aku tak jarang memberikan masukan yang sekedarnya saja yang penting logis dan diterima oleh klien.
Tiba-tiba handphoneku berdering. Aku segera berlari kecil mengambil ponselku yang kuletakkan diatas meja ruang tamu. Tertulis dalam layar "Kak Ardan". Aku terdiam sejenak saat melihat layar ponselku. Lagi-lagi air mataku menetes. Yah, laki-laki yang dulu menjadi bagian dari hidupku bernama Kak Ardan, dan kini entah apa yang Allah rencanakan, aku dikejutkan dengan panggilan dari Kak Ardan untukku. Aku dan Kak Ardan sudah hampir 2 tahun tak berhubungan lagi, walalupun hanya sekedar menanyakan kabar. Aku benar-benar menghindar. Entah dia merasa atau tidak aku tak peduli.
Aku segera mengangkatnya. Dan....
Next bersambung :D
Komentar