Bayangan Sang Kekasih
Dua tahun lalu, tepatnya pada saat ulang tahunku, kekasihku meninggalkanku, bukan meninggalkan sebab ia pergi tapi meninggalkanku untuk selamanya. Moment spesial yang sangat berarti untukku juga menjadi moment termenyakitkan dalam hidupku. Bahagia dan sedih, hari dimana ulang tahunku akan selalu menjadi moment bersejarah untukku. Sebab, kekasihku pergi untuk selamanya.
Mobilnya bertabrakan dengan truk yang berlawanan arah. Ia kehilangan kendali saat menghindari seorang pejalan kaki yang berjalan di jalan raya dengan sangat ngawur tanpa melihat jalanan dari arah kanan maupun kiri. Tubuhnya terlempar jauh dan terbagi menjadi beberapa bagian. Mobilnya pun hancur tak berwujud. Sedih, marah, kehilangan, benci entahlah setiap kali aku mengingat kejadian itu, aku selalu saja menangis dengan hebat. Rasanya aku ingin memaki pejalan kaki itu, sebab karena ia, kekasihku meninggalkanku untuk selamanya. Hubunganku dengannya yang telah terjalin selama 6 tahun sejak aku masih duduk di bangku SMA kini berakhir seperti ini.
--------------
Ponselku berdering, satu panggilan masuk "Mertua". Mertua adalah mamah kekasihku, aku memberikan nama di ponselku dengan nama mertua. Sebab aku sudah sangat dekat dengan keluarganya.
"Nak, kevin nak kevin" suaranya terdengar sangat panik dan dibarengi dengan isak tangis. Sesekali terdengar suaranya sesegukan dan dengan helaan nafas.
"Nak, kevin nak kevin" suaranya terdengar sangat panik dan dibarengi dengan isak tangis. Sesekali terdengar suaranya sesegukan dan dengan helaan nafas.
"Iya, mah, kevin kenapa mah?" tanyaku dengan sangat khawatir. Bagaimana tidak, pada saat itu aku sedang mengadakan party ulang tahunku di rumahku, dengan sangat bahagia dan sangat mewah. Dan aku sedang menunggu kevin dengan penuh suka cita. Tapi mamahnya menghubungiku dengan sangat panik.
"Kevin meninggal!"
Aku sontak terdiam, air mataku mengucur deras membasahi make up cantik di wajahku. Badanku lemas, bibirku bergetar, tubuhku kaku seketika. Entahlah seperti rasanya mau kiamat pada saat aku mendengar kabar itu. Tak kuat rasanya mendengar hal tersebut aku tetiba terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Seluruh tamu undanganku bergegas lari menghampiriku dan berteriak histeri. Salah satu sahabatku yang bernama Raika segera berlari dan memelukku. Raika segera mengambil ponsel yang sedang kugenggam, dan ia segera berusaha mencari tau penyebabnya. Terlihat nama "Mertua" di ponselku, ia segera menghubungi. Saat mendengar kabar itu Raika seketika menghentikan seluruh alunan musik yang saat itu sedang dimainkan dipestaku, meminta seluruh tamu undangan untuk menyudahi party nya dan meminta salah satu tamu untuk membawaku ke kamar.
Raika terus disampingku menemaniku. Sebab, kedua orang tuaku seorang pembisnis dan mereka sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jarang sekali aku bertemu, paling hanya pagi hari saat mereka akan pergi ke kantor, itupun jika mereka menyempatkan sarapan di rumah bersamaku, Jika tidak mungkin aku bisa dibilang anak yang kurang kasih sayang. Setiap Raika menemaniku, mamanya tak pernah melarang sebab, mamanya pun tau bagaimana keadaanku.
Raika menggenggam erat tanganku dan terdengar suara tangis dari kedua mata indahnya. Ia terlihat sangat khawatir kepadaku, tak sedetikpun Raika meninggalkanku. Raika adalah Sahabat terbaikku sejak dari kami masih kuliah sampai kami lulus, kami terus bersama. Raika tau persis bagaimana aku, keluargaku dan semua tentangku, begitupun denganku.
"Kau sudah sadar fai" tanyanya dengan terlihat matanya yang sembab karena terus menangis melihatku. Raika segera memelukku dengan sangat erat. Pelukannya begitu sangat, rasanya aku seperti pelukan ibuku sendiri. Bagiku Raika adalah segalanya, bagaimanapun keadaanku dan sikapku Raika tak pernah meninggalkanku.
Aku hanya terdiam, dan terus menangis. Bibirku terus bergetar, tubuhku masih sangat lemas. Aku tak mampu mengucapkan kata apapun saat itu.
"Tenangkan dirimu fai, aku tak akan pernah meninggalkanmu, setalah ini kita segera menuju ke rumah sakit nya" lanjutnya dengan menggenggam kedua tanganku dan mengusap air mataku yang terus mengalir.
"Kevin, ra kevin, kevin pergi, kevin jahat". Kataku dengan suara pilu dan sesekali mataku terpejam dan dengan helaan nafas.
Raika hanya mengangguk, dan menangis melihat keadaanku, Raika terus menggenggam tanganku dengan erat. Terlihat dari kedua matanya yang sangat mengkhawatirkanku. Sesekali tangannya mengusap lembut pipiku dan rambutku.
"Aku sangat menyanyangiku fai, kau seperti adikku sendiri, tolong tenangkan hatiku, aku tak ingin melihatmu terus menangis, semua sudah terjadi, ceritanya adalah kehendak-Nya. Aku harus terima fai, aku tau memang berat tapi tangismu tak akan mengembalikan takdir-Nya, biarkan kevin tenang disana"
Aku hanya tersenyum dan tetap saja aku tak mampu menahan genangan tangis dari kedua mataku.
"Ayo kita kesana!". Ajakku.
Aku dan Raika segera menuju ke rumah sakit dimana kevin dibawa. Sesampainya di rumah sakit aku melihat seluruh keluarganya menangis, terutama mamanya, terlihat mamanya sangat kehilangan, tangan kanannya terus menggenggam dadanya. Matanya terpejam sesekali dan dibarengi dengan helaan nafas.
" Mah". Kataku. Aku segera memeluk mamanya. Raika mengusap lembut punggungku agar aku juga tetap tenang. Tangisnya pelan namun sangat perih. Mamanya terus memelukku dengan sangat erat. Tangannya mengusap rambutku.
"Mamah tenang ya, Kevin bahagia kok disana, Kevin sudah sangat bahagia disana. Kevin orang baik ma!". Hiburku. Meskipun aku sendiripun masih tak percaya dengan kenyataan ini. Aku juga masih sangat perih mendengar kabar ini. Tapi, aku tak tega melihat mamanya dalam keadaan yang seperti ini. Papanya telah meninggal lebih dulu, saat Kevin masih berusia 3 tahun, karena penyakitnya yang tak kunjung sembuh.
Sebenarnya keluarga masih tak percaya bahwa itu Kevin, mungkin saja itu bukan Kevin. Tapi setelah hasil otopsi dokter mengatakan bahwa itu benar Kevin. Selesai sudah sampai disini, semua harapan, cita, cinta dan impianku bersamanya kini hanya tinggal mimpi. Namanya masih tersimpan rapi direlung hatiku tapi hadirnya hanya menyisakkan bayang-bayang. Kevin adalah sesosok laki-laki yang sangat hormat dan patuh dengan orang tua. Sikapnya yang begitu lembut dan penyabar, membuat siapapun akan sangat jatuh hati dengannya. Aku beruntung! aku lah gadis beruntung itu. Wajahnya yang tampan dan berperawakan tinggi gagah dan putih menambah ketampanannya sempurna.
--------------
Kini gadis beruntung ini telah gagal menjaga kekasihnya. Kekasih terbaiknya telah lebih dulu pergi. Pergi untuk selamanya dan tak akan kembali. Sosoknya hanya tinggal bayang-bayang. Kekasihnya lebih dulu menjemput takdirnya bertemu Pencipta-Nya. Mungkin ini cara Terbaik Tuhan untukku, agar aku lebih dewasa lagi dan tak bergantung dengannya. Kevin kekasih terbaik. Aku bahagia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Aku bahagia pernah mencintainya. Aku bahagia pernah mengenalnya. Aku sangat bahagia pernah menjadi gadis beruntung itu!.
Kini gadis beruntung ini telah gagal menjaga kekasihnya. Kekasih terbaiknya telah lebih dulu pergi. Pergi untuk selamanya dan tak akan kembali. Sosoknya hanya tinggal bayang-bayang. Kekasihnya lebih dulu menjemput takdirnya bertemu Pencipta-Nya. Mungkin ini cara Terbaik Tuhan untukku, agar aku lebih dewasa lagi dan tak bergantung dengannya. Kevin kekasih terbaik. Aku bahagia pernah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Aku bahagia pernah mencintainya. Aku bahagia pernah mengenalnya. Aku sangat bahagia pernah menjadi gadis beruntung itu!.
Kevin kekasih terbaik, namanya akan selalu abadi dalam setiap hembusan nafas gadis manja ini. Sampai kapanpun bayangnya tak akan pernah tergantikan. Semoga kau tenang bersama Tuhan disana!. Kekasihku tunggu aku dipintu surga. Mungkin nanti saat aku bertemu denganmu di angkasa langit-Nya kau sudah sangat bahagia dan mungkin akan lupa denganku. Maafkan gadis manja ini. Terimakasih pernah memberi warna dalam hidup, terimakasih pernah memberi kisah dan kasih yang luar biasa selama ini. Semoga Tuhan tetap membersatukan kita kelak!
Salam :
Salma Kholida.
Semarang, 20 Oktober 2017
Komentar